Buruan Zinai Gue!!!

Penulis adalah kader sekaligus kontributor situs pks-jaktim

Dalam pengajian Indahnya Kebersamaan di Istiqlal
tanggal 8 Agustus 2004, Aa Gym sempat menyinggung sebuah film nasional
terbaru - "Buruan Cium Gue". Pak Ustadz kita ini mengubah judul ini
menjadi "Ayo Kita Berzinah". Mari kita baca ringkasan cerita film ini yang
saya kutip dari www.21cineplex.com/play/readfilm.cfm?id=1070 :

Desi (Masayu Anastasya) telah 2 tahun berpacaran dengan Ardi (Hengki
Kurniawan), namun Ardi berusaha menjauhi segala bentuk kontak fisik di
antara mereka, termasuk ciuman. Hingga pada sebuah siaran radio, Desi
harus mengaku dan menceritakan pengalaman ciuman pertamanya dengan Ardi
yang belum pernah ia dapatkan.

Masalah ini membuat hubungan mereka terganggu dan diperparah di sebuah
pesta pantai di mana Desi dibujuk oleh teman-temannya untuk melakukan apa
saja agar Ardi menciumnya. Hubungan mereka pun makin kritis. Akankah Desi
mendapat ciuman dari Ardy dan mengakui bahwa selama ini ia berbohong?

Astaghfirullah al adzim. Pergaulan remaja kita sudah makin parah. Tapi
maaf... saya tidak sedang membahas tema ini, karena mungkin sudah banyak
yang menulisnya. Saya hendak mengajak kita semua merenung tentang sebuah
tema yang mungkin masih langka: "Pornografi VS Budaya Sex Bebas dalam
Film".

Hmm, apa maksudnya? Begini. Kalau film porno, seperti film Blue Film (BF)
atau semi (BF), kita semua tentu sepakat: itu berbahaya! Dan siapa yang
ketahuan memilikinya, bisa ditahan pak polisi.

Tapi sadarkah kita, bahwa ada unsur "pornografi" lainnya yang jauh lebih
halus ketimbang film BF? Saking halusnya, ia bisa jauh lebih berbahaya.

Yang saya maksud adalah film-film yang menampilkan budaya sex bebas atau
hal-hal semacam itu. Sebagai contoh, kita ambil film Ghost yang meledak di
bioskop-bioskop dan menjadi bahan pembicaraan di tahun 1990-an. Ini adalah
film drama berbau misteri yang sebenarnya mengusung pesan moral yang cukup
bagus. Kita tentu setuju bahwa Ghost bukan film porno, walau ada satu
adegan ranjangnya. Kalau adegan ini dipotong, saya kira tidak akan
mempengaruhi cerita, dan kita bisa berkata bahwa film ini bebas dari unsur
pornografi.

Lalu, apakah anak-anak kita sudah aman jika menonton film ini? Tunggu
dulu. Mari kita lihat isi cerita Ghost ini. Di sini diceritakan tentang
tokoh Molly Jensen dan Sam Wheat (Demi Moore dan Patrick Swayze) yang
hidup berdua tanpa ikatan pernikahan (atawa kumpul kebo). Tak ada bagian
di dalam film yang menyinggung-nyinggung soal kumpul kebo ini, yang
mengatakan bahwa kumpul kebo itu tidak baik, dan sebagainya. Yang kita
saksikan, para pembuat film membiarkan saja cerita itu mengalir, dan
kumpul kebo adalah hal yang sangat wajar, tak perlu dipermasalahkan.

Ghost hanyalah satu contoh saja. Masih banyak contoh lainnya. Bahkan kalau
mau jujur, hampir semua film Hollywood menampilkan budaya kumpul kebo ini
dengan gamblang. Bahkan ada sebuah film (saya lupa judulnya), yang
menampilkan adegan seorang ibu yang memberikan - maaf - kondom kepada anak
laki-lakinya yang hendak berkencan dengan pacarnya.

Atau lihatlah contoh yang buatan Indonesia: Sinetron Malam Pertama 2 (MP2)
yang dibintangi Tamara Geraldine. Di situ diceritakan tentang si Tamara
yang tinggal bertiga dalam satu rumah dengan dua sahabatnya, dan salah
seorang di antaranya adalah pria!

Tidak ada adegan porno dalam sinetron MP2 ini. Tapi dari setting ceritanya
(orang yang bukan muhrim tinggal serumah), terlihat bahwa si pembuat
cerita bersikap sangat permisif terhadap pergaulan bebas. Orang berbeda
jenis yang bukan muhrim dan bukan suami istri, sah-sah saja tinggal
serumah.

"Kalau mereka terjebak sex bebas? Ya, itu tergantung pribadi masing-
masing," atau ada kata2 spt ini kalau tidak suka jangan ditonton,atau matikan saja tvnya kalau tidak suka. begitu jawaban yang umumnya kita dengar,

Di sinilah bahayanya film-film non-porno yang menampilkan budaya
sex/pergaulan bebas tersebut. Film-film seperti ini tidak akan membuat
Anda - maaf - terangsang, tidak disensor Lembaga Sensor Film, dan tidak
melanggar hukum. Tapi film-film seperti ini langsung masuk ke pikiran
kita, bisa bercokol lama di sana, dan berpotensi besar untuk mempengaruhi
pola pikir dan prinsip hidup kita.

Selama ini mungkin kita permisif jika anak, adik, atau keponakan kita
menonton film-film seperti itu, karena menurut kita itu bukan film porno
dan tidak berbahaya. Tapi saya kira, bahaya dari film-film seperti ini -
termasuk film terbaru "Buruan Cium Gue" tersebut - bukanlah bahaya instan
yang langsung kita saksikan saat ini. Sekarang mungkin belum terlihat
dampaknya. Namun jika semakin sering menonton film seperti itu, secara
perlahan pikiran kita bisa terpengaruh. Semula kita mungkin hanya
menganggap hal itu biasa bagi budaya barat, bukan budaya kita. Tahap
berikutnya, kita mulai bersikap permisif. Lalu tahap berikutnya, kita
mulai bicara pada orang-orang, "Buruan zinahi gue."

Naudzubillahi min dzalik! Semoga kita terhindar dari hal-hal seperti itu.

Jakarta, 10 Agustus 2004

Posted in Label: |

0 komentar:

Posting Komentar