Homo takdir, nasip atau penyakit


Assalamulikum Ustadz, ..
Apakah homo seks itu dapat dikatakan takdir atau nasib atau penyakit? Apakah homo seks itu bisa disembuhkan..?
terima kasih atas jawabannya.
Wassalam, ..

Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Perilaku homoseks bukan takdir dan bukan nasib, tetapi pilihan. Kalau kita katakan takdir atau nasib, maka seharusnya Allah SWT tidak melarangnya. Karena Allah takdirkan seseorang untuk melakukannya tanpa ada pilihan.

Sesungguhnya perilaku homoseks adalah nafsu syahwat, seperti umumnya nafsu yang lain. Misalnya, nafsu untuk berzina dengan isteri orang, mantan pacar atau teman selingkuhan sekantor.

Semua itu bukan takdir, kan? Masa ada orang berzina enak-enakan, lalu ketika ditanya, kenapa berzina, jawabannya sudah takdir. Itu namanya bukan takdir, tetapi sudah jadi budak nafsu.

Sedangkan pandangan sebagian orang yang mengaku 'ahli psikologi' bahwa homoseks itu penyakit jiwa, memang sebagian ada benarnya. Tetapi sama sekali bukan legalitas yang membolehkan.

Ada seorang anak yang punya kelainan jiwa, misalnya hobi mencuri. Psikolog menyebutnya sebagai kleptomania. Tetapi koruptor pemakan uang rakyat, atau bandityang berhasil menjebol bank, tidak bisa membela diri menggunakan alasan sebagai pengidap kleptomania. Lalu minta dibebaskan dari hukuman.

Demikian juga dengan para pelaku seks sejenis, baik homo atau lesbi, mereka tidak bisa berlindung di balik alasan bahwa mereka punya penyakit kejiwaan, sehingga hukumnya jadi halal kalau melakukan zina menyimpang itu. Mereka juga tidak bisa mengatakan bahwa di balik semua kemungkaran itu, semua telah ditentukan takdir atau nasib dari tuhan.

Sama saja dengan seorang alkoholic, yang tidak bisa lepas mulutnya dari khamar. Buat sebagian mazhab Psikologi, keadaan sesorang yang demikian dianggap sebagai penyakit kejiwaan. Lalu banyak para tukang minum khamar berlindung dengan menggunakan alasan itu.

Dalam pandangan syariah Islam, seks sejenis, mencuri dan minum khamar bukan penyakit jiwa, melainkan pilihan. Seseorang boleh memilih untuk tidak melakukan seks sejenis, tidak mencuri dan tidak minum khamar. Kalau dia bisa melakukannya, maka dia dapat pahala. Sebaliknya, dia juga bebas memilih untuk melakukan seks sejenis, mencuri dan minum khamar, tetapi untuk itu sudah disediakan siksa pedih di akhirat. Silahkan pilih saja, mana yang sekiranya lebih enak dinikmati.

Hukum ini nyaris mirip dengan hukum fisika dasar. Seorang yang loncat dari atap gedung pencakar langit, akan menghujam ke atas aspal dengan kecepatan tertentu, sehingga kepalanya akan pecah dan otaknya berceceran di mana-mana. Itu adalah pilihan. Silahkan pilih, terserah mau yang mana. Mau loncat atau tidak loncat? Kalau tidak loncat, berarti aman. Tidak usah cari alasan bahwa seseorang terpaksa loncat karena sudah takdir dan sudah nasib. Orang yang berbicara seperti itu sebenarnya bukan sedang mengajukanalasan tetapi sedang stress berat.

Masak loncat dari gedung dibilang takdir dan nasib? Yang bener aja!

Apakah perilaku homoseks bisa disembuhkan? Jawabnya sangat bisa, yang penting ada kemauan. Lha pecandu narkoba saja bisa disembuhkan, kenapa perilaku menyimpang seperti itu harus tidak bisa? Sekali lagi, jawabnya adalah bisa, bisa dan bisa. Tinggal masalah kemauan saja. Kalau tidak bisa disembuhkan, maka tidak mungkin Allah melarangnya, bukan?

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc



Mungkin saya juga mau menambahkan unek2 saya, saya melihat dan mendengar di Televisi banyak dari wanita membela kaum homo ini, katanya demi kasih sayang sesama manusia,dan hak kebebasan, padahal mereka tidak tahu, bahwa sebenarnya kaum homo itu sendiri tidak sayang kepada wanita tersebut.

bagaimana tidak, sedangkan homo itu sendiri dilahirkan dari rahim seorang wanita, tapi kenapa dia tidak mencintai wanita untuk menciptakan keturunan, itu artinya kaum homo itu tidak sayang kepada wanita, lebih parahnya saya menyimpulkan, kaum homo itu tidak sayang kepada yg namanya manusia, dia merasa telah terhina lahir kedunia, untuk melanjutkan keturunannya. kalaupun dia pernah dikecewakan oleh wanita, bukan berarti wanita tidak ada yg baik, (buruk muka cermin dibelah)

Lalu pertanyaannya, kenapa banyak orang membela kaum homo dan parahnya dari para wanita...?

Posted in Label: |

5 komentar:

  1. Ndang Nazar Bandar Lampung Says:

    Asslamualaikum Pak Ustad... saya hanya memberikan sedikit pemikiran saya mengenai topik ini. Bagi saya, pemikiran mengenai Homo, takdir atau penyakit, tidaklah semudah seperti yang Pak Ustad babarkan. Ini menyangkut masalah psychology manusia yang sangat luas. Sekalipun memang dalam hukum agama manapun, perbuatan zina, entah itu sesama jenis ataupun lain jenis, sangatlah di tentang. Namun kita perlu merenungkan lagi, kita tidak bisa menutup mata hanya mengatakan bahwa kaum Homo Sex adalah pilihan yang salah. Kalau memang ada pilihan seperti itu, apakah seorang anak manusia yang sedari awal baligh telah merasakan cinta sesama jenis, apakah itu kehendak atau pilihan dia??? Kalau memang itu pilihan dia, apakah memang anak akil baligh (yang katakanlah umur 12 Th) telah bisa memilih suatu prilaku sex melalui akal pemikiran matang tanpa adanya naluri??? coba Pak Ustad renungkan lagi secara matang. jangan terfokus hanya pada negatif thinking kaum homo sex. jujur, saya juga tidak setuju dengan adanya kebebasan sex sejenis. Tapi saya tidak terpikir untuk mengkotakkan atau menjatuhkan vonis bahwa Kaum Homo Sex adalah nista, karena saya yakin, yang namanya Homo Sex, bukan hanya karena faktor lingkungan, namun juga banyak diantara homo sex yang merasakan telah menjadi homo sex sejak awal masa puber mereka. jika terjadi seperti ini, siapa yang harus disalahkan??? apakah anak itu yg tidak tau mengapa dia di jadikan homo sex??? Saya berani ungkapkan hal ini, karena saya mempunyai seorang teman yg memiliki anak 11 tahun yang berprilaku homo sex, sementara lingkungan pergaulan dan keluarga nya tergolong kuat dalam menjalankan Agama (Islam). Makanya saya berpikir, biarlah hal ini hanya Allah yang tau. Karena kuasa pengetahuan manusia tidak dapat di perbandingkan dengan kuasa pengetahuan Allah SWT. Kita tidak perlu memvonis manusia nya.. tapi kita perlu menentang perbuatannya jika perbuatan tersebut telah menyalahi aturan, lebih-lebih hukum agama. Yang ingin membela kaum Homo Sex, silahkan.. dan yang tidak setuju dengan kaum homo sex, silahkan.. tapi ingat, kita tidak perlu menghakimi manusia nya.. tapi kita perlu menentang perbuatan amoral nya.. Terima kasih Pak Ustad.. moga pemikiran saya dapat merupakan suatu pencerahan. Mohon maaf jika ada kata-kata yg tak berkenan.. Asslamualakim Wr,Wb

  2. Hanif Says:

    Wa'alaikum salam.

    Pertama saya bukanlah ustad, pertama terima kasih atas komentarnya, mohon maaf lama tdk buka blog, pertama perbuatan itu mengikat kepada manusianya, kalau manusia mati, perbuatannya juga ikut mati, bagaimana kita bisa menghukum seorang maling, jikalau kita hanya bilang, jng hukum orangnya tapi perbuatannya, Jadi aneh kan..? Saudara menolak tapi sekaligus membiarkan, justru ini yg salah kaprah, terlalu banyak orang beritorika, biarkan atas nama hak asasi, contoh yg saudara sebutkan itu sudah terjadi ribuan tahun yg lalu, yaitu Pada seorang Nabi, dan Allah menghancurkan seluruh negri yg ada disitu, Allah menyelamatkan Nabi Luth dg pergi dari sana, krn dia hanya seorang diri tidak bisa melarang perbuatan tersebut, kalau sekarang jumlah kita lebih banyak dr Bangsa Homo saat ini, untuk itulah kita yg harusnya turun tangan, sebelum Allah sendiri yg turun Tangan menghancurkan seluruh negri ini karena membiarkan hal itu terjadi. silahkan baca lagi Al-qur'an, percis yg saudara ceritakan tersebut. Homo ini bukan hanya Nista Saudaraku, tapi Allah sudah menistakan mereka, kalau sang Pencipta sudah sangat menistakan mereka, apalagi saya seorang menusia. Jadi jng mau di plintir otak kita ini. tugas kitalah menjaga umat ini, bukan tugas seorang ustad saja.

    Wassalam

  3. hamba allah yang dho'if Says:

    menurut saya homo itu ada dua, 1. homo yang memang dibuat ( jadi pilihan ) 2. homo yang memang sudah bawaan kodratnya ( takdir ) , homo yang nomer 1 itu jelas dosa dan saya kira homo itu yang terjadi pada kaum nabi luth.kalau homo yang nomor 2 allahu a'lam, sebab itu takdir tapi bukan berarti boleh/halal tetap itu perbuatan yang kotor,tapi masalah yang ini ( homo nomor 2 ) tak sesederhana yang bapak ulaskan di atas
    andai itu suatu penyakit dia akan menukar obat penawarnya walah dengan taruhan nyawa, tapi ini kodratnya pak, dia dilahirkan seorang laki laki tapi nafsu syahwatnya dan cintanya terhadap laki laki, ini bukan kehendak hatinya pak tapi kehendak jiwa & syahwatnya,birahinya terhadap laki2.ini memang sangat aneh maksudnya tidak seperti biasanya pada umumnya, tapi itulah kenyataanya, dan saya rasa ini adalah rahasia tuhan dia menciptakan hal ini tentu ada maksud dan tujuannya,cobalah bapak bayangkan jikalau bapak disuruh mencintai seorang laki - laki dengan cinta yang bersyahwat kalau bapak normal jelas tidak mungkin bisa pak, terus apa dia bisa sembuh.....? jawabannya pasti jika allah berkehendak, karna tidak mungkin bisa merubah sifat yang sudah baku, berbeda dengan pencuri dia itu bukan sifat yang baku, dia itu pilihan hati jelas bisa di sembuhkan dan dirubah dengan adanya didikan dan pencerahan hati. tapi kalau homo pak digimanain cara didiknya?
    jadi untuk homo yang nomor 2 ini harus kita hargai karna bukan dia tidak kepingin membina rumah tangga seperti layaknya orang lain tapi itulah keterbatasannya dia. dan semua itu dari allah. kalau kemauan untuk berubah sangat ada pak, kepengin sekali tapi dengan cara apa pak..? sekarang bapak yang seorang laki normal disuruh mencoba untuk tida mencintai seorang wanita dan belajar mencintai seorang laki2 kira2 dengan cara apa pak?
    saya tunggu jawabannya .....

  4. Mastering Any Skiil and Knowledge Says:

    hombreng khan dosa bo..., gitu aja kok repotttt....emang yeee gak baca Qur'an, berani dikte qur'an...?

  5. Mulyadi Says:

    Karena artikel diatas saya sunting dr ustad Sarwat, maka saya akan menjawab juga pertanyaan Hamba Allah yg dho'if, dengan lanjutan jawaban ustad Sarwat.

    Assalamu ''alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
    Jawaban kami sama saja, baik menjadi homoseks maupun menjadi waria, keduanya adalah pilihan, bukan taqdir. Mungkin memang bukan pilihan pribadi, namun pilihan lingkungan, keluarga dan komunitas di mana seseorang tumbuh.

    Allah SWT adalah tuhan yang Maha adil, Dia tidak akan mentakdirkan seseorang lahir dalam keadaan waria, lalu Dia melarang kewariaan. Dia juga tidak akan mentaqdirkan seseorang dilahirkandengan kecenderungan homoseksual atau lesbian, lalu Dia melarang perilaku terlarang itu.

    Maka statemen kalangan waria dan barisan pendukungnya bahwa kewariaan adalah urusan taqdir nyata keliru. Sebab tidak ada orang yang lahir dalam keadaan waria. Lingkunganlah yang membentuk seseorang menjadi waria.

    Sebagaimana tidak ada orang yang lahir dalam keadaan kafir, tetapi orang tua dan lingkungan yang kemudian membuat anak itu murtad, kafir dan keluar dari keIslamannya.

    Jadi yang benar barangkali memang taqdir bahwa seseorang dilahirkan di lingkungan yang mendidiknya menjadi homo. Tetapi kita tidak bisa mengatakan bahwa Allah SWT telah mentaqdirkannya menjadi homo.

    Sama saja dengan kasus anak pelacur yang ditumbuhkan di lingkungan prostitusi, apakah Allah SWT telah mentaqdirkan dia menjadi wanita penghibur? Tentu saja tidak, bukan?

    Karena tidak ada wanita yang lahir langsung jadi pelacur. Dan homo adalah saudara kembar pelacuran. Lingkungan yang salah dan jahiliyah telah menumbuhkan seseorang menjadi homo. Dan lingkungan seperti ini yang harus dilenyapkan dalam kehidupan masyarakat muslim yang beradab.

    Kita harus sepakat bahwa kehidupan homoseksual dan waria adalah sesuatu yang bukan taqdir, oleh karena itu harus dihindari dan dilenyapkan. Tentu bukan memerangi para homo/waria, melainkan melenyapkan pola pikir yang menganggap bahwa homo/kewariaan adalah wajar. Dari situ dulu kita mulai.

    Setelah itu kita melangkah kepada penghindaran lingkungan dan pola pendidikan yang keliru dengan cara memberi peluang kepada anak-anak untuk tumbuh dengan pola pikir bahwa menjadi homo/waria itu wajar. Kurikulum ini yang harus tampil dengan tegas, bahwa menjadi homo/waria itu adalah sebuah pilihan keliru yang salah kaprah. Bukan sebuah taqdir.

    Maka sejak kecil anak-anak sudah kita tanamkan pemahaman bahwa menjadi homo/waria adalah sebuah kekeliruan, ketidak-normalan dan sebuah peri hidup jahat yang dilaknat oleh Allah dan agama.

    Sayangnya, para pembela kebejadan moral pasti tidak akan setuju dengan prinsip sikap ini. Mereka ingin menjadikan masyarakat ini rusak sampai ke akar-akarnya, sehingga menjadi homo/waria itu dianggap wajar dan merupakan taqdir dari Allah SWT. Nauzubillahi min zalik.

    Maka sebagai muslim, kita akan diminta pertanggung-jawaban nanti di akhirat tentang masalah ini. Apakah kita sudah memerangi pola kehidupan yang tidak normal itu lewat pesan dan lisan kita? Sudahkah kita nyatakan kebenaran kepada khalayak bahwa hooseksual dan kehidupan waria itu adalah kebatilan?

    Wallahu a''lam bishshawab, wassalamu ''alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

    Ahmad Sarwat, Lc

Posting Komentar