Maksiat & Istighfar
Posted On Jumat, 07 Agustus 2015 at di 16.48 by MulyadiMembaca komentar-komentar dari penanya, tergilitik
menuliskan artikel kembali di blog ini, bahwa anak jaman sekarang sulit
sekali tidak terhindar dari perbuatan maksyiat, bahkan sekedar lepas
dari maksiat saja bisa sampai depresi, karena sulitnya melepas dari
perbuatan maksyiat . Astaghfirullahal ‘Adzim al-Ladzii Laailaaha Illa
Huwal Hayyul Qayyuumu wa Atuubu Ilaih.
Lalu apa dengan begitu kita menyerah dari sifat yg susah sekali
terhindar dari maksiat, tentu tidak, karena Rasulullah sendiri yang
terlepas dan terhindar dari cela dan dosa saja, selalu bertaubat dan
beristigfar, kenapa kita tidak..?
"Demi Allah, sesungguhnya aku beristigfar dan bertobat kepada Allah
lebih dari 70 kali dalam sehari." (HR Bukhari). Dalam riwayat lain sampai
100 kali dalam sehari (HR Muslim).
Hadist
di atas memberikan gambaran tobat dan istighfarnya Nabi Muhammad SAW.
Meski telah mendapat jaminan ampunan dan surga dari Allah SWT, tapi
beliau tetap bersungguh-sungguh dalam beristigfar dan bertobat
kepada-Nya. Sebagai hamba-Nya yang tidak mendapatkan jaminan dari Allah,
hendaknya kita mencontoh perilaku Baginda Nabi dan merasa malu
kepadanya apabila kita lalai dalam memohon ampunan-Nya.
Paling tidak terdapat empat keutamaan amaliah istigfar. Pertama, istigfar
merupakan cermin akan kesadaran diri orang-orang yang bertakwa. “Dan (juga)
orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah?” (QS Ali
Imran: 135).
Kedua, istigfar merupakan sumber kekuatan umat. Kaum Nabi Hud yang dikenal
dengan kekuatan mereka yang luar biasa, masih diperintahkan oleh nabi mereka
agar senantiasa beristigfar untuk menambah kekuatan mereka.
“Dan (dia berkata), 'Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu
bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu,
dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu
berpaling dengan berbuat dosa'." (QS Hud: 52).
Bahkan, Rasulullah dalam salah satu hadisnya menegaskan bahwa eksistensi sebuah
umat ditentukan di antaranya dengan kesadaran mereka untuk selalu beristigfar.
Karenanya, bukan merupakan aib dan tidak merugi orang-orang yang bersalah
lantas ia menyadari kesalahannya dengan beristighfar memohon ampun kepada Allah
SWT.
Ketiga, istigfar dapat menolak bencana dan menjadi salah satu sarana turunnya
keberkahan dan rahmat Allah SWT. Ketika menafsirkan surah al-Anfal: 33, “Dan
Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara
mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta
ampun.”
Ibnu Katsir menukil riwayat dari Imam Tirmidzi bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Allah telah menurunkan kepadaku dua pengaman atau penyelemat bagi umat dari
azab dan bencana, yaitu keberadaanku dan istighfar. Maka ketika aku telah
tiada, masih tersisa satu pengaman hingga hari kiamat, yaitu istigfar."
Bahkan, Ibnu Abbas menuturkan bahwa ungkapan istighfar meskipun keluar dari
pelaku maksiat dapat mencegah dari beberapa kejahatan dan bahaya.
Keempat, istigfar akan memudahkan urusan seseorang, memudahkan jalan mencari
rezeki, dan memelihara seseorang. Dalam konteks ini, Ibnu Katsir menafsirkan
surah Hud: 52 dengan menukil hadis Rasulullah SAW yang bersabda, “Barang siapa
yang mampu mulazamah atau kontinu dalam beristighfar, maka Allah akan
menganugerahkan kebahagiaan dari setiap duka dan kesedihan yang menimpanya,
memberi jalan keluar dari setiap kesempitan, dan memberi rezeki dengan cara
yang tidak disangka-sangka." (Ibnu Majah).
Disamping itu penulis mau menambahkan, merenuni Makna Maksiat.........
Mana yang akan dipilih oleh seorang hamba yang sadar disaat melakukan kemaksiatan ?
1. ia bermaksiat dengan mudah karena ia merasa bahwa Allah tidak melihatnya, atau...
2. ia bermaksiat dan ia yakin jika Allah melihatnya ?
jika
ia pilih yang pertama, maka sungguh ia telah kafir, karena mengingkari
sifat Allah yang maha melihat. Dan jika ia pilih yang kedua, Sungguh ia
telah kurang ajar kepada Allah.
Merenungi dan menginsyafi makna inilah yang akan mengurangi kemaksiatan.
Posting Komentar